cara mengatasi pluralitas sosial di bidang agama
IPS
muhamadrafli7f2
Pertanyaan
cara mengatasi pluralitas sosial di bidang agama
1 Jawaban
-
1. Jawaban prasetyo39
masyarakat Indonesia juga hidup dalam pluralitas suku bangsa, ras, dan agama. Untuk mersepon kenyataan ini, pemerintah Indonesia mengambil sikap dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua. Akan tetapi, sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya 72 tahun lalu, impian untuk hidup berdampingan dengan damai antar pemeluk agama belum maksimal. Masih banyak rintangan untuk menjalankan keyakinannya masing-masing. Kebebasan dalam beragama masih saja mendapat intimidasi dari pemeluk agama lainnya. Kekerasan atas nama agama sering menjadi sorotan orang-orang liberal untuk mendeskriditkan kaum agamawan. Namun sebenarnya adalah manusiawi jika seorang penganut agama berkeyakinan bahwa ajaran agama yang dipercayainya sebagai satu-satunya yang benar. Setiap penganut agama berkeyakinan bahwa agamanyalah yang akan mengantarkan manusia ke dalam kehidupan yang bahagia. Tapi keyakinan akan hal tersebut tidak harus menimbulkan persengketaan yang mengakibatkan banyak kerugian.
Sikap fanatik beragama memang harus dimiliki setiap umat yang memegang teguh agamanya. Meyakini bahwa agama adalah ajaran yang haqq, the ultimate concern adalah sikap yang harus kita miliki sebagai umat beragama. Tanpa “kefanatikan” beragama ini, orang akan lantas menganggap semua agama adalah sama, kebenaran yang diyakini suatu agama adalah bersifat relatif karena kebenaran yang sama juga dimiliki oleh agama lain. Sehingga dengan mudahnya ia keluar masuk agama-agama yang dikehendakinya. Akan tetapi kefanatikan beragama ini pun jangan sampai merusak tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang plural dengan berbagai agama resmi dan aliran kepercayaan, dengan memaksakan kehendak diri terhadap orang lain yang tidak seagama dengan kita.Beragama tidak hanya kesadaran kognitif, tetapi juga keyakinan hati, pengamalan anggota badan, kecintaan ruhaniah, dan kehangatan kebersamaan dalam melaksanakan ritual keagamaan. Dan hendaknya aspek-aspek penghayatan kehidupan beragama ini diterapkan juga dalam setiap tingkah laku kita sebagai individu, di masyarakat, maupun dalam kehidupan bernegara.
Nilai-nilai dasar dan universalitas agama yang kita yakini ini hendaknya kita aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap toleran, saling menghormati, musyawarah, tolong menolong, gotong royong, ramah tamah yang juga menjadi kearifan bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang dulu hendaknya tidak luntur oleh perubahan zaman.