Sejarah kerajaan umayyah di damaskus??
Sejarah
tiara1625
Pertanyaan
Sejarah kerajaan umayyah di damaskus??
1 Jawaban
-
1. Jawaban dedojulian86
Daulat Bani Umayyah mengambil nama keturunan dari Umayyah ibnu abdi Syams ibn abdi Manaf. Dia seorang yang terkemuka dalam persukuan Quraisy di zaman jahiliyah, bergandingan denganpamannya Hasyim ibnu Abdi Manaf. Diantara Umayyah dengan Hasyim adalah dua sosok yang paling keras dalam merebut kedudukan kalangan Quraisy.[1]Dinasti Umayyah berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun dinasti ini kurang dari satu abad, tetapi pencapaian ekspansi sangat luas. Ekspansi ke negeri – negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaan islam dilakukan dalam waktu kurang dari setengah abad. Ini tentunya merupakan kemenangan yang sangat menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai.[2]Pendirian dinasti ini, berawal dari masalahtahkimyang menyebabkan perpecahan dikalangan pengikut Ali, yang berakhir dengan kematiannya. Sepeninggalan Ali itu sebenarnya masyarakatsecara beramai – ramai membaiat Hasan putra Ali untuk menjadi khalifah. Tetapi Hasan memang kurang berminat untuk menjadi Khalifah. Karena itu setelah Hasan berkuasa dalam beberapa bulan, Mu’awiyah meminta agar jabatan khalifah diberikan kepadanya, Hasan kemudian menyetujui permintaan tersebut dan memberikan beberapa persyaratan kepada Mu’awiyah. Dengan demikian jabatan Khalifah dilimpahkan secara penuh kepada Mu’awiyah. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilahamul jama’ah, atau tahun persatuan umat islam. Sejak itulah Mu’awiyah resmi menjadi kholifah baru umat islam yang berpusat di Damaskus. Adapun syarat yang di kemukakan oleh Hasan adalah jaminan hidup, dan ketika Mu’awiyah meninggal supaya jabatan itu diserahkan kembali kepadanya.[3]Langkah awal yang diambil oleh Mu’awiyah adalah memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Hal ini dapat dimaklumi karena jika dianalisa setidaknya ada 2 faktor yang mempengaruhi, yaitu di Madinah sebagai pusat pemerintahan khulafaurrasyidin sebelumnya, masih terdapat sisa – sisa kelompok yang antipati terhadapnya. Sedangkan di Damaskus pengaruhnya telah menciptakan nilai simpatik masyarakat, basis kekuatannya cukup kuat.[4]Kemudian, Mu’awiyah melakukan penggantian sistem kekhalifahan kepada sistem kerajaan (Monarchi absolut). Sehingga pergantian pemimpin dilakukan berdasarkan garis keturunan(monarchi heridetis), bukan atas dasar demokrasi sebagaimana yang terjadi dizaman sebelumnya. Model pemerintahan yang di tetapkan oleh Mu’awiyah ini banyak di ambil dari model pemerintahan Byzantium.Karena Syiria pernah dikuasai Byzantium selama kurang lebih 500 tahun sampai kedatangan islam, sedang Damaskus menjadi pusat pemerintahannya.[5]Pada masa Mu’awiyah mulai diadakan perubahan – perubahan administrasi pemerintah, dibentuk pasukan bertombak pengawal raja dan dibangun bagian khusus di dalam masjid untuk pengamanan tatkala dia menjalankan shalat. Mu’awiyah juga memperkenalkan materai resmi untuk pengiriman memorandum yang berasal dari Khalifah. Para sejarawan mengatakan bahwa di dalam sejarah Islam, Mu’awiyah lah yang pertama – tama mendirikan balai–balai pendaftaran dan menaruh perhatian atas jawatan pos, yang tidak lama kemudian berkembang menjadi suatususunan teratur, yang menghubungkan berbagai bagian negara.Pada masa Bani Umayyah dibentuk semacam dewan sekertaris negara (Diwan al-kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan, yang terdiri dari lima orang sekertaris yaitu:katib ar – Rasail, katib al – Kharraj, katib al – Jund, katib asy – Syurtahdankatib al – Qodi. Untuk mengurusi administrasi pemerintahan di daerah, diangkat seorangAmir al – Umara(Gubernur jenderal) yang membawahi beberapa “amir” sebagai penguasa suatu wilayah.Dinasti Umayyah yang ibukota pemerintahannya di Damaskus, berlangsung selama 91 tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah, mereka itu ialah : Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (661 – 680), Yazid ibn Mu’awiyah (680 – 683), Mu’awiyah II ibn Yazid (683), Marwan ibn hakam (683 – 685), Abdul malik ibn Marwan (685 – 705),Walid ibn Abdul Malik (705 – 715), Sulaiman ibn Abdul malik (715 – 717), ‘Umar ibn Abdul ‘Aziz (717 – 720), Yazid II ibn Abdul Malik (720– 724), Hisyam ibn Abdul Malik (724 – 743), Walid ibn Yazid ibn Abdul Malik (743 – 744), Yazid III ibn Walid ibn Abdul Malik (744), Ibrahim (744), Marwan II ibn Muhammad ibn Marwan ibn Hakam (744 – 750).